Aspirin
bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok senyawa glikosida,
aspirin yang merupakan nama lain dari asam asetil salisilat dapat disintesis
dari asam salisilat, yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrida asetat, hal
ini dilakukan pertama kali oleh Felix Hofmann dari perusahaan Bayer, Jerman.
Aspirin
dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan
katalis 85% H3PO4 sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam
bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat
ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa.
Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin.
Sedangkan
reaksi dengan methanol akan menghasilkan metil salisilat
SINTESIS ASPIRIN
a.
Sifat-Sifat Aspirin
Formula
:C9H8O4
BM
: 180,2
Titik didih
: 140 0C
Titik lebur
: 138 0C – 140 0C
Berat jenis
: 1.40 g/cm³
Sinonim
: 2-acetyloxybenzoic acid
2-(acetyloxy)benzoic acid
acetylsalicylate
acetylsalicylic acid
O-acetylsalicylic acid
2-(acetyloxy)benzoic acid
acetylsalicylate
acetylsalicylic acid
O-acetylsalicylic acid
Kelarutan
dalam air : 10 mg/mL (20 °C)
Asetosal
mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C9H8O4
dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian
: hablur putih, umumnya
seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak
berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di dalam udara lembab
secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.
Kelarutan
: larut dalam air ; mudah larut
dalam etanol; larut dalam kloroform, dan dalam eter; agak sukar larut dalam
eter mutlak.
b. Kegunaan
non-selective
cyclo-oxygenase inhibitor; antipiretik; analgesik; antiinflamasi
c. Reaksi Esterifikasi
d. Proses
Pembuatan
Reaksi yang
terjadi adalah reaksi esterifikasi yang merupakan prinsip dari pembuatan
aspirin. Reaksi esterifikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Ester dapat
terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam.
Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus
–OH , sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester
yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-)
berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam
salisilat (pada gambar di atas gugus R ada di dalam kotak). Hasil samping
reaksi ini adalah asam asetat.
Langkah
selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebgai zat
penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi asam
salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan
terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali
bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil
samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah
asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.
Tetapi harus
diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi. Reaksi
baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini
baru terbentuk endapn putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan
tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari
pengotornya. Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan
belum benar-benar murni.
Untuk
pemurniannya, aspirin tak murni kemudian ditambahi larutan NaHCO3.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
Aspirin akan
larut, sedangkan hasil sampingnya tidak larut, sehingga ketika disaring akan
didapatkan filtrat aspirin murni berbentuk larutan jernih. Larutnya aspirin ini
juga diikuti oleh timbulnya gelembung gas CO2, membuktikan adanya
hasil reaksi aspirin dengan NaHCO3. setelah itu filtrat diaduk dan
terbentuk endapan putih. Lalu didinginkan dengan air es membentuk kristal.
Kristal akan lebih murni setelah dicuci dengan air es. Selanjutnya kristal
dikeringkan dengan cara ditaruh di gelas arloji dan didapatkanlah kristal
kering.
Langkah
terakhir pada percobaan ini adalah rekristalisasi. Kristal yang kering tadi
dilarutkan dalam benzena panas, alu dipanaskan. Benzena digunakan sebagai
pelarut karena benzena merupakan pelarut yang baik untuk zat organik. Air tidak
bisa digunakan untuk rekristalisasi ini karena air adalah pelarut polar dan
aspirin adalah senyawa nonpolar. Setelah itu larutan tadi disaring panas-panas
dan filtratnya diambil untuk dikeringkan di oven. Kristal ini merupakan kristal
yang benar-benar murni.
Masalahnya????
pada pembuatan aspirin kan asam salisilat anhidrida asam asetat, bagaimana jika rantai pada cicin asam salisilat itu di buka apakah masih bisa terbuatnya aspirin???
pada pembuatan aspirin kan asam salisilat anhidrida asam asetat, bagaimana jika rantai pada cicin asam salisilat itu di buka apakah masih bisa terbuatnya aspirin???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar